Jasa YukBersihin

Sebenarnya Apa itu Stress? Yuk, Pahami!

Kita semua saat ini hidup di tengah dunia yang rentan menimbulkan stres. Seperti halnya orang dewasa, anak-anak pun mengalami hal yang sama.

Ada begitu banyak perubahan besar yang sedang terjadi di dunia, tetapi ada banyak pula hal-hal sehari-hari yang bisa menyebabkan stres pada anak. Contohnya, situasi negatif di rumah, kekerasan di sekolah, ataupun ujian. Situasi positif pun, seperti pindah rumah atau harus berkenalan dengan teman baru, seringkali bisa menyebabkan stres.  

Sebagai orang tua, Anda bisa membantu anak melalui masa-masa yang berpotensi memicu stres dengan selalu mewaspadai tanda-tanda stres berlebihan, kemudian mendukung anak untuk belajar mengelola stresnya.

 

Stres adalah perasaan yang umumnya dapat kita rasakan saat berada di bawah tekanan, merasa kewalahan, atau kesulitan menghadapi suatu situasi. Stres dalam batas tertentu bisa berdampak positif dan memotivasi kita untuk mencapai suatu tujuan, seperti mengerjakan tes atau berpidato. Namun, stres yang berlebihan, apalagi jika terasa sulit dikendalikan, dapat berdampak negatif terhadap suasana hati, kesehatan fisik dan mental, dan hubungan kita dengan orang lain.

 

Pengalaman menghadapi stres pada anak tidak selalu sama dengan orang dewasa. . Di kalangan orang dewasa, stres terkait pekerjaan sangat umum terjadi. Namun, bagi anak, stres terjadi ketika mereka tidak bisa menghadapi situasi yang mengandung ancaman, situasi sulit, atau situasi yang menyakitkan, antara lain:

  • Pikiran atau perasaan negatif tentang diri sendiri
  • Perubahan fisik, misalnya permulaan pubertas
  • Beban belajar, misalnya ulangan atau bertambahnya pekerjaan rumah seiring waktu
  • Masalah dengan teman di sekolah atau lingkungan sosial
  • Perubahan besar, seperti pindah rumah, pindah sekolah, atau perpisahan orang tua
  • Penyakit kronis, masalah keuangan di keluarga, atau kematian orang terdekat
  • Situasi rumah atau lingkungan sekitar yang tidak aman

Stres pada anak dapat terpicu ketika anak mengalami hal baru atau tidak terduga.

Untuk anak-anak kecil, penyebab stres secara umum adalah situasi tegang di rumah, seperti adanya kekerasan di dalam rumah tangga, perpisahan orang tua, atau kematian orang terdekat. Situasi sekolah juga menjadi penyebab—misalnya, harus berkenalan dengan teman baru atau melalui suatu ujian bisa membuat anak merasa kewalahan.

Seiring bertambahnya usia, sumber-sumber stres dapat bertambah, mengingat semakin banyak pengalaman seseorang, lingkar pergaulannya meluas, tugas-tugas sekolah lebih banyak, dan akses ke media pun lebih besar lagi. Banyak remaja dibuat stres oleh isu-isu sosial, seperti perubahan iklim dan diskriminasi.

Kita harus ingat, anak-anak ibarat “spons” dan akan menyerap hal-hal yang ada di sekitar mereka. Mereka tahu jika orang tuanya mengalami stres dan dapat bereaksi terhadap suatu kondisi emosional, apa pun bentuknya.

Anak dan remaja mungkin tidak selalu memiliki kosa kata yang memadai untuk bisa mengungkapkan dirinya secara utuh. Anak yang lebih muda, karena usia dan tahap perkembangannya, bisa jadi tidak sepenuhnya paham apa yang sebenarnya terjadi. Bagi mereka, situasi baru atau berbeda terasa aneh, tidak nyaman, tidak bisa ditebak, bahkan menakutkan.

 

Ketika mengalami stres, tubuh mengeluarkan hormon seperti adrenalin dan kortisol yang menyiapkan kita untuk mengambil tindakan mendesak. Hal ini dikenal juga dengan respons ‘melawan atau lari’. Efeknya terhadap pikiran dan tubuh anak, antara lain:

Gejala fisik

  • Napas tersengal-sengal, berkeringat, dan jantung berdegup kencang
  • Sakit kepala, pandangan berputar, dan sulit tidur
  • Mual, gangguan pencernaan
  • Berat badan naik atau turun karena makan terlalu banyak atau sedikit
  • Rasa sakit dan nyeri, dan lebih sering sakit

Gejala emosional dan mental

  • Mudah kesal dan marah, meledak-ledak atau menarik diri dari keluarga dan teman
  • Mengabaikan tanggung jawabnya, berkurang efisiensi kerjanya atau sulit berkonsentrasi
  • Tekanan emosional, seperti terus-menerus merasa sedih atau mudah menangis.

Gejala-gejala ini seringkali dapat menghasilkan stres yang lebih besar lagi. Penting bagi orang tua untuk membantu anaknya mengetahui cara-cara menghadapi situasi stres agar anak dapat mengatasi stres segera setelah timbul.

 

Bantu anak menghadapi kondisinya

Saat anak merasa stres, orang tua punya peran penting untuk membantu mereka menghadapi stres. Sama seperti orang dewasa, anak-anak pun terkadang perlu diingatkan agar menyayangi dirinya sendiri.

  1. Mengenali pemicuBantu anak mengenali dan mencatat saat-saat mereka merasa stres dan identifikasi pola reaksi mereka. Apa yang sedang terjadi saat itu? Apa yang sedang mereka pikirkan, rasa, atau lakukan menjelang stres menyerang? Setelah hal-hal ini diketahui, orang tua dapat mengajak anak untuk bersama-sama mencari cara mencegah stres atau menanganinya dengan cepat.
  2. Memberikan kasih sayangTunjukkan kasih sayang, waktu, dan perhatian lebih besar dari biasanya. Pantau pengaruh stres terhadap kesehatan, perilaku, pikiran, atau perasaan anak. Ingat, orang tua perlu mengajak anak bicara, berbicara dengan lemah lembut, dan meyakinkan anak.
  3. Menjadi panutan: Ceritakan kepada anak cara Anda mengatasi situasi stres. Dengan mengangkat pengalaman pribadi, Anda bisa menginspirasi anak untuk mau mencari cara-cara mengelola stres yang efektif untuknya.
  4. Membangun kemampuan berpikir positif: Anak-anak, terlebih remaja, rentan terhadap rasa tidak percaya diri. Kalau orang tua mendengar pernyataan seperti, “Saya tidak jago dalam hal apa pun”, “Saya tidak suka diri saya” atau “Saya takut pergi ke luar rumah,” orang tua perlu bertanya alasan anak merasa seperti itu. Ingatkan prestasi-prestasi anak dan proses pencapaiannya. Penguatan positif dari orang tua bisa membuat anak merasa dimengerti dan percaya mereka mampu menangani situasi stres.
  5. Membangun kebiasaan sehatPola tidur dan makan yang baik adalah kunci untuk meredakan stres. Untuk anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun, para pakar menyarankan durasi tidur malam selama sembilan hingga 12 jam. Untuk anak remaja, durasi yang disarankan adalah delapan hingga 10 jam. Agar tidur berkualitas, orang tua perlu membatasi akses ke ponsel pada malam hari. Gawai pun sebaiknya tidak diletakkan di kamar. Dengan makanan sehat dan istirahat yang cukup, anak akan lebih mampu menghadapi stres. 

Dorong anak untuk beraktivitas di luar rumah, bermain dan berkumpul dengan teman. Olah raga dan aktivitas seperti meditasi serta pernapasan juga membantu meredakan stres.

Bernapas dengan otot perut mampu membuat kita tenang dan membantu paru-paru mendapatkan lebih banyak lagi oksigen. Cobalah tiga langkah mudah berikut: Letakkan kedua tangan di atas perut. Tarik napas dalam-dalam sebanyak lima kali. Hitung sampai lima setiap kali menarik dan mengembuskan napas. Tarik napas melalui hidung dan embuskan melalui mulut. Ceritakan kepada anak, saat menarik napas, ia sedang mengisi perutnya dengan udara seperti kita meniup balon. Sementara itu, saat mengembuskan napas, anak seperti sedang mengeluarkan udara dari balon secara perlahan.

Sama seperti orang dewasa, anak pun terkadang perlu diingatkan agar menyayangi dirinya sendiri. Stres adalah pengalaman yang manusiawi. Seiring waktu dan dengan beberapa teknik sederhana, stres bisa diatasi.

 

Sumber: https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan-mental/artikel/stres

Scroll to Top